Konsumsi BBM Bersubsidi Bakal Bablas Lagi di 2010
Sumber : Detik Finance
Jakarta – Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan realisasi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi selama tahun 2010 akan mencapai 38,6 juta kiloliter (KL) atau sekitar 5,7% dari kuota BBM dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2010 yang ditetapkan sebesar 36,5 juta KL.
“Kalau melihat trend konsumsi BBM bersubsidi saat ini, kami perkirakan realisasi konsumsi BBM bersubsidi bisa mencapai 38,6 juta KL dari kuota yang ditetapkan sebesar 36,5 juta KL,” ujar Kepala BPH Migas, Tubagus Haryono dalam rapat kerja dengan komisi VII DPR, di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Senin (30/8/2010).
Seperti diketahui, dalam APBN-P 2010, pemerintah dan DPR telah menyepakati besaran kuota BBM bersubsidi sebesarĀ 36,5 juta KL dengan rincian premium 21,45 juta KL, solar 11,194 juta KL, dan minyak tanah 3,8 juta KL.
Sebelumnya, BPH Migas memperkirakan konsumsi BBM akan melonjak ke level 40,1 juta KL pada tahun ini jika konsumsi BBM bersubsidi tidak dibatasi, dengan rincian premium 23,2 juta KL, minyak tanah 3,8 juta KL, dan minyak solar Rp 13,1 juta KL.
Di tempat terpisah, Pjs Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Agus Supriyanto mengatakan, realisasi penyaluran subsidi BBM bersubsidi sampai dengan 25 Agustus 2010 mencapai 21,86 juta KL. Jumlah ini baru 59,9% dari total volume BBM bersubsidi yang dipatok dalam APBN-P 2010 sebesar 36,5 juta KL.
Agus mengatakan realisasi ini masih sesuai standar. Namun, Agus tidak menegaskan tren konsumsi BBM bersubsidi untuk tahun ini jika dibandingkan dengan konsumsi BBM pada tahun lalu.
“Kalau lebaran nanti biasa naik, tapi nanti juga turun lagi, itu biasa,” ujar Agus.
Agus mengakui ada potensi kekurangan untuk kuota volume BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Walaupun, Agus tidak memastikan seberapa besar kekurangannya tersebut.
“Masih kurang bisa,” ujarnya.
Konsekuensinya, lanjut Agus, kalau terdapat kekurangan kuota volume BBM bersubsidi, maka akan menambah subsidi untuk BBM dalam APBN-P 2010. Setiap penambahan 1 juta KL tambahan subsidi akan berdampak penambahan anggaran subsidi sebesar Rp 1,9 triliun.
“Itu dihitung dengan harga minyak (ICP) US$ 80 per barel,” tandasnya.