Hans Susanto

Source : Detik Finance

Jakarta – Cadangan minyak Indonesia terus menipis, bahkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan dalam 18 tahun cadangan minyak habis. Karena itu kebutuhan energi alternatif semakin mendesak.

Anggota Komisi VII DPR Satya W. Yudha mengatakan, Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti panas bumi (geothermal) dan nuklir bisa dikembangkan pemerintah secepatnya. Agar pemerintah tak bingung dan panik jika nantinya cadangan minyak dan gas menurun. Apalagi sampai saat ini, 90% bahan bakar masih dikuasai yang berasal dari minyak bumi.

“Energi terbarukan tentu dapat direalisasikan, dengan syarat pemerintah perlu memberi insentif terhadap perkembangan EBT, membuka gerbang investasi, dan melihat dengan cermat skala keekonomisannya, terutama pada lingkup geothermal dan nuklir,” ujar Satya kepada detikFinance, Kamis (4/11/2010).

Selain itu, Satya sangsi jika cadangan minyak Indonesia bisa habis dalam 18 tahun, karena sampai saat ini terus dilakukan eksplorasi migas.

“Hal tersebut baru bisa menjadi benar jika sampai saat ini tidak ada lagi eksplorasi yang dilakukan para pemain di bidang minyak bumi dan gas,” tambah Satya.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) sekaligus Kepala Bappenas Armida Alisjahbana mengatakan, lebih dari 90% dari energi yang digunakan masyarakat sehari-hari berasal dari fosil. Di mana minyak bumi sebesar 54,4%, gas bumi 26,5%, dan batubara 14,1%. Sedangkan sisanya yaitu panas bumi 1,4%, pembangkit listrik tenaga air 3,4%, sedangkan energi baru dan terbarukan lainnya 0,2%.

Ini yang membuat cadangan minyak terus menipis. Cadangan minyak Indonesia diproyeksikan mencapai 9 miliar barel. Bappenas memperkirakan cadangan tersebut akan habis dalam 18 tahun ke depan.