You are here: Home > Uncategorized > Permata yang Dititipkan

Permata yang Dititipkan

Alkisah di abad 19-an, ada seorang rabi. Rabi tersebut memiliki seorang istri dan dua orang anak perempuan. Pada suatu hari, dia harus pergi mengajar di kota lain, sehingga dia meninggalkan istri dan anak-anaknya. Tanpa dia ketahui, ternyata ada wabah mematikan yang menyerang desanya tersebut. Kedua anak perempuannya sakit, dan kemudian meninggal. Sang istri yang sangat berduka pun menaruh jenazah kedua putrinya di dalam satu kamar, kemudian menunggu sang suami hingga pulang.

Sang suami pulang pada hari sabat. Hari sabat adalah hari minggu bagi orang Israel, dan pada hari sabat, orang Israel tidak boleh bekerja. Pada saat dia pulang, sang istri menyambutnya. Dia bertanya, “Mana anak-anak?” Kemudian sang istri menyuruhnya duduk, dan berkata, “Suamiku, ini adalah hari sabat. Karena itu, mari kita tutup hari sabat dengan doa terlebih dahulu.” Mereka pun berdoa, mengucap syukur atas hari sabat tersebut. Setelah berdoa, sang istri berkata, “Suamiku, jika ada seseorang yang menitipkan dua buah permata kepadaku, kemudian hari ini dia memintanya kembali, pantaskah aku marah dan tidak ingin mengembalikannya pada dia?” Sang suami pun berkata, “Bagaimana mungkin kamu pantas untuk marah padahal permata itu hanya dititipkan kepadamu? Kamu harus mengembalikannya dengan sukarela.”

Sang istri pun tersenyum. Dia menggandeng tangan sang suami, kemudian membimbingnya ke satu ruangan. Di ruangan tersebut adalah tempat kedua jenasah putrinya, kemudian sang istri berkata, “Suamiku, kedua permata kita yang dititipkan Tuhan, telah diminta kembali olehNya. Karena itu kita tidak pantas untuk marah, bukan?” Sang suami pun tertegun, melihat kedua putrinya dan menangis.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Leave a Reply

You must be logged in to post a comment.